Selasa, 09 Oktober 2012

Tongkrongan di warteg....Filter apa Kopi Item!

waktu jam 12:30 wib, saat nya dzuhur.....
Time to feed the monster....terjun langsung ke warteg " mas makan dipiring ya"...
" siap, tumben sendiri nih" sahut bang warteg!
" biasa lah, jomblo dulu. yang laen tau tuh pada bawa bekel dari sang Love (istri)". sahut saya
"pake apa nih"
"menu biasa aja, serba hemat lah. telor dadar+sayur kacang panjang+ perkedel" sahut ku
"minumnya"..." air putih anget" jawabku.
"bismillah " ucapku sambl melahap sendok nasi bercampur sayur dan telor.
"bang pilter ada bang"sahut teman makan disebelahku dgn suara yang agak pelan dan terdengar serak-serak.
"ada sebentar, disiapin dulu" sahut bang warteg.
sambil sibuk, jari-jari nya memencet hp touchscreen dan terkadang diselingi senyum sendiri. ku perhatikan teman makan sebelahku ini.
"mana bang" tanya si pemesanny filter.
" ya ini lagi disiapin" sambil diiringi lentingan sendok yang membentur dinding gelas dgn ayunan musik lawas "ting...kting...kting...ting".
"abang ngapain" kata si pemesan pilter tadi.
"ya ini pesanannya kan, kopi item" sahut si bang warteg.
" Haaaaa, lah pilter bang" kata teman sebelahku ini
"ya kopi item kan" sahut kembali si bang warteg.
aku yang mendengar agak sedikit tersendak, dalam hatiku berkata " jauh kalee bang pilter ama kopi item".
" eeee si mas, di tanya pilter malah dibuatin kopi item, gimana sih" sahut si pemesan.
"Oooooo, maaf kirain kopi item. abis kedengarannya kopi tem sih". sahut si mas warteg.
" kalau pilter di warung sebelah adanya" kembali menyambung si mas warteg.
gelak tawa yang terseret-seret yang aku rasakan di mulut ini sambil minum air hangat untuk lancar makan yang ada di mulut.
"maaas...mas...mas! jauh dunk nyambungnya pilter ama kopi item" jawabku
" ya maafin saya, abis suaranya pelan dan agak serak waktu pesennya. jadai salah tafsir deh." kata si mas warteg.
"ya sudahlah, kopinya saya minum juga aja." sahut teman makanku ini. sambil menstater korek gas dan membakar sebatang rokok pilter pesenannya.

Rabu, 03 Oktober 2012

Kebaikan Pak Parkir yang dinilai dgn cemoohan

Tepat jam 17:50 wib adzan magrib berkumandang, dan saya saat itu bergegas untuk ke mushola kantor untuk sholat magrib berjamaah.
Selesai sholat perut yang sudah kosong mulai berbunyi yang pertanda saya harus cari makan keluar kantor. cet...ceet...ceet...bruumm sang kuda besi legenda 2 pun beraksi. 
10 menit kemudian sampailah saya di warung bu nasi uduk, " pesan 2 bu, 1 bungkus dan 1 dipiring. yang dipiring pake telor asin dan yang dibungkus pake telor dadar."
"pake kuah nga" sahut si ibu nasi uduk. "boleh bu" sahut saya.

Sambil berpikir tentang keuangan keluarga yang mulai nipis dan cari celah untuk dapat tambahan, terlihat dari arah seberang pria paruh baya dengan tampang perlente baju kaos hijau serta celana selutut memakai topi ala petani menyeberang jalan yang sedang penuh kendaraan yang berlalu lalang. entah apa dalam pikiran pria ini, bisa saja ia ditabrak kendaraan yang sedang ramainya.

Sampai di tengah jalan secara tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari pengendara motor yang menyalip dari arah belakang. " woiii jalannya pake mata, pake lemot lagi. mau mati loe". sesaat kemudian sang rider motor pun ngegas kuda besinya dengan kencang dan meninggalkan pria tersebut. namun kendaraan lain selain si rider tadi tetap pada berhenti.

Sampailah di ujung seberang jalan, dengan melambaikan tangan ke arah sebuah sepeda yang di kendarai seorang anak, pria ini kemudian menarik dengan perlahan hingga tiba di ujung seberang jalan lagi. Setelahnya kendaraan pun mulai merengesek berjalan maju dan jalan pun penuh keramaian lalu lalang lagi. 
Anak yang bersepeda itupun selamat, dan ia pun melaju kearah perumahan tempat dia tinggal, dan san pria parkir ini kembali bekerja mengatur parkirannya yang didepan sebuah foto kopian. 
Terlihat raut wajahnya yang biasa dan tersenyum kepada teman disampingnya.

entah apa jadinya bila sang anak yang bersepeda tadi menyeberang sendiri, mungkin kejadian lebih fatal bisa saja terjadi seperti tabrakan dan dapat menghilangkan nyawa sang anak.

Kejadian ini sempat menghentikan sejenak makan nasi uduk saya, dan saya pun berfikir. " tidak semua kebaikan dinilai dengan pujian namun dapat juga di nilai dengan cemoohan, terkadang manusia menilai atas kebutuhan yang sesaat tanpa melihat ujung dari kejadian."

Selasa, 02 Oktober 2012

Ujung sebuah “Cinta” adalah pengorbanan


Ibarat pepatah mengatakan Cinta adalah anugerah maka anugerah Cinta adalah yg terindah di semesta alam ini yang diberikan oleh Allah SWT.

Banyak perumpamaan yang bisa disematkan pada kata Cinta, karena pendefinisiannya juga juga beragam. Bagi seorang ibu maka Cintanya adalah kepada sang buah hatinya, apapun akan ia akan lakukan demi sang buah hati. Apalagi kalau sang ibu melihat sang buah hati dalam keadaan sakit, maka sang ibu pun akan merasakan sakit pula. Ikatan bathin yang terjalin antara sang ibu dan buah hatinya dari proses melahirkan, menyusui hingga membesarkan tidaklah terbentuk dengan waktu yang singkat, namun penuh dengan liku-liku perjuangan.

Bagi sang ayah maka cintanya adalah kepada keluarganya yaitu isri dan anaknya, maka sang ayah akan berjuang jungkir balik untuk memberikan yang terbaik bagi yang dicintainya. 

Bagi sang anak maka kecintaannya adalah kepada kedua orang tuanya, maka sang anak akan mematuhi seluruh perintah dan larangan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Bagi tiap guru pengajar maka kecintaannya adalah kepada murid yang diajarkannya, maka guru pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi tiap muridnya.

Melihat sebuah kejadian dari dimasa saat ini, saya sangat kaget dengan besarnya angka-angka dari penyimpangan dari “Cinta”. Dalam sebuah berita disebutkan bahwa ada bayi yang tega ditelantarkan oleh wanita yang melahirkannya, dan bukan saja ditelantarkan tapi malah sampai dibekap, dibuang ke got, di potong-potong, di masukkan ke lubang WC, dan lain sebagainya hanya demi cinta kepada status di masyarakat agar tidak dikatakan sebagai wanita rendahan atau apalah, Atau demi cinta sang pacar, bos, majikan, selingkuhan, jabatan, orang tua, bla…bla..bla..

“Cinta itu buta”, ya bisa memubatakan hati nurani pula. Hanya demi cinta sang pacarlah, seorang wanita rela mengorbankan keperawanannya. Demi cinta sang wanita pula sang jejaka rela melakukan pembunuhan kepada saingannya. Demi cinta seorang ibu kepada anaknya rela berkorban untuk melacurkan dirinya. Demi cinta kepada anak istri seorang ayah rela untuk menyelewengkan jabatan dgn korupsi, demi cinta… demi cinta…semua menjadi halal dan halal pun bisa menjadi haram.

“Cinta itu fanatisme, cinta itu nafsu, cinta itu…cinta itu…cinta itu…."

Cinta itu indah dan anugerah terindah dari Allah SWT, lihatlah kisah seorang hamba Allah yang rela berkorban demi cinta, bahkan api membara dapat dingin dan tak mampu membakar sehelai tubuh manusia ini. Lihat cinta hamba Allah yang rela melihat buah hatinya menggelegar meregang nyawa dan sambil berteriak ibu…ibu…ibu… ialah hamba Alloh Ibrahim dan pembantu istrinya fir'aun.

Lihatlah cinta seorang hamba Allah ini, demi menghidupi dan memenuhi kebetuhan hidup keluarganya, ia rela bekerja dengan walaupun harus menjual gulungan rambutnya yang telah rontok. Lihatlah cinta seorang hamba Alloh ini, demi cinta dia rela dengan kedua matanya melihat ibunya ditusuk dari kemaluan hingga ubun-ubun dan melihat bapaknya tubuhnya terpisah ke empat penjuru karena disiksa dgn ditarik oleh kuda-kuda para kafirun. Lihatlah cinta seorang hamba Allah, demi cinta dia rela tubuhnya di siksa dengan ditindihi batu dengan situasi panasnya padang pasir, lihatlah cinta seorang hamba Allah, demi cinta puluhan panah hingga tombak menembus dada dan tubuhnya untuk membentengi Rasulullah di perang uhud, lihat cinta hamba Allah ini, demi cinta seorang anak belia rela menerima perintah untuk diqurbankan dgn cara disembelih oleh bapaknya, yang kemudian malaikat menggantikannya dgn seekor hibas. Inilah cinta istri nabi Sholeh, inilah cinta Ammar bin yassir, inilah cinta, Bilal bin rabbah, inilah cinta Hamzah sang singa padang pasir, inilah cinta ananda Nabi Ismail  dan ayahanda Nabi Ibrahim.

Sejarah adalah cermin saat ini, Cinta berujung pada pengorbanan tanpa batas. Ia terkolabirasi antara sabar, ikhlas, perjuangan, pengorbanan, tangisan, tawa, senyum, langkah, dan fikiran.

Cinta berawal dari sang kholik, maka tetapkan cinta pada jalurnya yaitu hanya mencintai Allah dalam rangka Mahabbatullah, Mahabbaturrasul. Maka cinta itu terasa manis untuk direngkuh keseluruhan tanpa jeda, secara sendirinya cinta itu turun beserta keberkahan Allah bagi mereka yang kita cintai.

Skema cinta seperti segitiga, dua cinta hamba yang ditujukan pada satu tujuan kepada Allah dalam meraih keridhioan Nya semata.