Selasa, 02 Oktober 2012

Ujung sebuah “Cinta” adalah pengorbanan


Ibarat pepatah mengatakan Cinta adalah anugerah maka anugerah Cinta adalah yg terindah di semesta alam ini yang diberikan oleh Allah SWT.

Banyak perumpamaan yang bisa disematkan pada kata Cinta, karena pendefinisiannya juga juga beragam. Bagi seorang ibu maka Cintanya adalah kepada sang buah hatinya, apapun akan ia akan lakukan demi sang buah hati. Apalagi kalau sang ibu melihat sang buah hati dalam keadaan sakit, maka sang ibu pun akan merasakan sakit pula. Ikatan bathin yang terjalin antara sang ibu dan buah hatinya dari proses melahirkan, menyusui hingga membesarkan tidaklah terbentuk dengan waktu yang singkat, namun penuh dengan liku-liku perjuangan.

Bagi sang ayah maka cintanya adalah kepada keluarganya yaitu isri dan anaknya, maka sang ayah akan berjuang jungkir balik untuk memberikan yang terbaik bagi yang dicintainya. 

Bagi sang anak maka kecintaannya adalah kepada kedua orang tuanya, maka sang anak akan mematuhi seluruh perintah dan larangan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Bagi tiap guru pengajar maka kecintaannya adalah kepada murid yang diajarkannya, maka guru pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi tiap muridnya.

Melihat sebuah kejadian dari dimasa saat ini, saya sangat kaget dengan besarnya angka-angka dari penyimpangan dari “Cinta”. Dalam sebuah berita disebutkan bahwa ada bayi yang tega ditelantarkan oleh wanita yang melahirkannya, dan bukan saja ditelantarkan tapi malah sampai dibekap, dibuang ke got, di potong-potong, di masukkan ke lubang WC, dan lain sebagainya hanya demi cinta kepada status di masyarakat agar tidak dikatakan sebagai wanita rendahan atau apalah, Atau demi cinta sang pacar, bos, majikan, selingkuhan, jabatan, orang tua, bla…bla..bla..

“Cinta itu buta”, ya bisa memubatakan hati nurani pula. Hanya demi cinta sang pacarlah, seorang wanita rela mengorbankan keperawanannya. Demi cinta sang wanita pula sang jejaka rela melakukan pembunuhan kepada saingannya. Demi cinta seorang ibu kepada anaknya rela berkorban untuk melacurkan dirinya. Demi cinta kepada anak istri seorang ayah rela untuk menyelewengkan jabatan dgn korupsi, demi cinta… demi cinta…semua menjadi halal dan halal pun bisa menjadi haram.

“Cinta itu fanatisme, cinta itu nafsu, cinta itu…cinta itu…cinta itu…."

Cinta itu indah dan anugerah terindah dari Allah SWT, lihatlah kisah seorang hamba Allah yang rela berkorban demi cinta, bahkan api membara dapat dingin dan tak mampu membakar sehelai tubuh manusia ini. Lihat cinta hamba Allah yang rela melihat buah hatinya menggelegar meregang nyawa dan sambil berteriak ibu…ibu…ibu… ialah hamba Alloh Ibrahim dan pembantu istrinya fir'aun.

Lihatlah cinta seorang hamba Allah ini, demi menghidupi dan memenuhi kebetuhan hidup keluarganya, ia rela bekerja dengan walaupun harus menjual gulungan rambutnya yang telah rontok. Lihatlah cinta seorang hamba Alloh ini, demi cinta dia rela dengan kedua matanya melihat ibunya ditusuk dari kemaluan hingga ubun-ubun dan melihat bapaknya tubuhnya terpisah ke empat penjuru karena disiksa dgn ditarik oleh kuda-kuda para kafirun. Lihatlah cinta seorang hamba Allah, demi cinta dia rela tubuhnya di siksa dengan ditindihi batu dengan situasi panasnya padang pasir, lihatlah cinta seorang hamba Allah, demi cinta puluhan panah hingga tombak menembus dada dan tubuhnya untuk membentengi Rasulullah di perang uhud, lihat cinta hamba Allah ini, demi cinta seorang anak belia rela menerima perintah untuk diqurbankan dgn cara disembelih oleh bapaknya, yang kemudian malaikat menggantikannya dgn seekor hibas. Inilah cinta istri nabi Sholeh, inilah cinta Ammar bin yassir, inilah cinta, Bilal bin rabbah, inilah cinta Hamzah sang singa padang pasir, inilah cinta ananda Nabi Ismail  dan ayahanda Nabi Ibrahim.

Sejarah adalah cermin saat ini, Cinta berujung pada pengorbanan tanpa batas. Ia terkolabirasi antara sabar, ikhlas, perjuangan, pengorbanan, tangisan, tawa, senyum, langkah, dan fikiran.

Cinta berawal dari sang kholik, maka tetapkan cinta pada jalurnya yaitu hanya mencintai Allah dalam rangka Mahabbatullah, Mahabbaturrasul. Maka cinta itu terasa manis untuk direngkuh keseluruhan tanpa jeda, secara sendirinya cinta itu turun beserta keberkahan Allah bagi mereka yang kita cintai.

Skema cinta seperti segitiga, dua cinta hamba yang ditujukan pada satu tujuan kepada Allah dalam meraih keridhioan Nya semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar